Kamis, 19 April 2012

Kura-kura, Kelinci, Siput, dan Ulat (Seri Iseng-iseng)

Ini cerita lucu (menurutku begitu), tapi terserah yang baca, mau tertawa atau tidak, itu hak asasi. :p

Pada suatu hari, ada seekor Kura-kura dan seekor Kelinci yang berlomba lari. Si Kelinci lari dengan sangat cepat sekali. Si Kura-kura jauh tertinggal. Tapi dia tidak peduli. Dia tetap berusaha dengan keras, berlari mengejar Kelinci.

Di tengah jalan, Si Kura-kura melihat seekor Siput yang sedang berusaha keras untuk berlari juga, entah mau kemana, sepertinya serius sekali. Si Kura-kura merasa kasihan, lalu berkata, "Hai Siput, naiklah ke punggungku!" Siput menurut saja, dia menaiki punggung Kura-kura.

Dalam perjalanan, Si Kura-kura bertemu dengan ulat yang berjalan sangat lambat namun seperti terburu-buru sekali. Si Kura-kura pun kembali merasa kasihan, lalu berkata, "Hai Ulat, naiklah ke punggungku!" Ulat pun setuju. Dia segera menaiki punggung Kura-kura dan mendapati Siput sudah ada di sana. Lalu apa kata Siput?

"Hai Ulat, berpeganganlah dengan erat, Kura-kura ini larinya cepat sekali.!"

Wekh...
:D

Rabu, 18 April 2012

Belajar dari kesalahan? Yuk mariiii.... ^_^'

Bismillaahirrohmaanirrohiim....

Jam 10-an di kantor. Perasaan tadi pagi udah sarapan, qo jam segini udah laper lagi ya? Sindrom bawa bekal nih kayaknya, bawaannya laper mulu. Hehe....

Sampe kantor, tiba-tiba pengen bikin status begini di ym:

"Kadang kita perlu melakukan beberapa kesalahan untuk kemudian belajar tentang arti kebenaran. Karena nasehat, tidak selamanya ampuh. Go Go Go Semangat...!!! ;)"

Jadi pengen cerita banyak yang berhubungan dengan status itu. Karena manusia memang tidak pernah luput dari salah, dan dari salah itulah, kita belajar membedakan, mana yang salah dan mana yang benar.

Kalo inget si kecil Darli, aku jadi sedih. Dan kalo nanti diberi amanah lagi sama Allah Swt buat jadi adik-adiknya Darli, insya Allah kesalahan yang kulakukan pada Darli, tidak akan terulang pada adik-adiknya. Aamiiin....

Hari ini, Darli tepat berusia 13 bulan. Sebulan yang lalu dia milad. Jadi kebayang setahun yang lalu. Tepatnya pada malam Jum'at (katanya jatuh pada) Kliwon. Ketubanku pecah sekitar pukul 11 malam. Aku panik luar biasa, karena tidak tau harus berbuat apa, yang kutau kalau ketuban sudah pecah, bayi harus segera dilahirkan agar tidak kekeringan dan bayi akan sulit dilahirkan secara normal.

Alhamdulillaah, aku punya adik ipar yang sudah punya 2 putri, dia memberitahuku untuk menyiapkan keperluan persalinan sebulan sebelum hari-H. Masukkan dalam 1 tas, agar ketika tiba-tiba mules tinggal bawa, ga perlu nyiapin ini-itu lagi.

Alhasil, malam itu, kami (aku, suamiku, dan si kecil yang udah pengen liat ibu-bapaknya) langsung bergegas menuju klinik bidan yang terletak di Ciracas. Nekat? Ya. Tapi saat itu, kami tidak berpikir bahwa itu adalah tindakan nekat. Karena dari awal kami sudah sreg kontrol kandungan di klinik bidan itu, walau kami kontrol di bidan lain juga yang dekat dengan rumah kami. Tapi keputusan terakhir, kami akan ke klinik bidan itu untuk melahirkan bayi yang ada di rahimku.

Pamulang-Ciracas dapat ditempuh motor selama kurang lebih 1 jam dengan kecepatan 60 km/jam. Dan selama perjalanan ke sana, kami terus-menerus berdo'a agar tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillaah jalanan lancar sekali malam itu.

Singkat cerita (karena saat ini, aku bukan ingin menceritakan proses persalinanku), Darli lahir selamat pada Jum'at pagi menjelang siang, yakni pukul 10.35.

Hari pertama, Darli sering menangis. Karena khawatir dia lapar, aku mencoba menyusuinya, tapi belum bisa. Kata orang, anak pertama memang begitu. Akhirnya ketika adik iparku datang, kami (aku dan suamiku) meminta tolong dia (yang anak keduanya baru berusia 7 bulan saat itu) untuk menyusui Darli.
Karena adik iparku tidak standby di klinik, aku berusaha menyusuinya lagi, tapi masih belum bisa. Akhirnya diberi susu formula oleh pegawai klinik.

Kami tidak langsung pulang ke rumah, karena kondisiku masih belum memungkinkan dan Darli masih terlalu kecil untuk perjalanan yang lumayan jauh. Akhirnya kami menginap sementara di rumah mertuaku. Keluarga kecil adik iparku juga tinggal di sana, untuk menemani ibu mertua, karena bapak mertua sudah meninggal pada tahun 2008 lalu.

Aku selalu berusaha menyusui Darli, dan selalu gagal. Dan setiap aku gagal, Darli harus meminum susu formula atau aku harus memompa ASI terlebih dahulu. Kalau adik iparku sudah pulang kerja, Darli disusui adik iparku.

Ini kesalahan PERTAMA. Setelah aku baca-baca artikel, ternyata bayi tidak perlu langsung disusui, kecuali IMD, ketika baru saja dilahirkan. Bayi yang baru lahir, masih punya cadangan makanan untuk 3 hari. Jadi, sebenarnya aku bisa memberikan ASI Eksklusif kalau aku mengetahui hal itu, dan Darli tidak perlu mencicipi susu formula.

Kemudian, masalah aku belum bisa menyusui, itu karena bayi belum terbiasa dengan (maaf) puting susu yang baru. Anak kedua adik iparku sudah berusia 7 bulan saat itu, jadi sudah terbiasa menyusui. Sehingga seharusnya aku tidak perlu meminta tolong dia untuk menyusui Darli. Karena akibatnya, Darli jadi tidak mau berusaha sendiri karena sudah pernah menyusu dengan mudah. Ini kesalahan yang KEDUA.

Kesalahan yang KETIGA adalah ketika Darli sudah terbiasa menyusu denganku dan aku berhadapan dengan bulan Ramadhan yang akan tiba sebentar lagi. Saat itu Darli baru berusia 4 bulanan. Aku teringat hutang puasaku yang sangat banyak di Ramadhan lalu, karena aku ngidamnya cukup parah. Sehingga hanya mampu berpuasa selama 7 hari. 

Ramadhan berikutnya sudah dekat, hutang puasaku masih banyak. Konsumsi ASI Darli makin bertambah. Ohya, aku sudah selesai cuti waktu itu, dan kalau kerja, ASI harus dipompa dan disimpan di lemari es. Sementara, sejak aku sudah bekerja lagi, Darli minum ASI dengan menggunakan dot. Dan semakin hari, dia semakin tidak mau menyusu langsung. Karena menyusu dengan menggunakan dot lebih mudah.

Akhirnya kuputuskan untuk mencampur dengan susu formula. Karena ketika puasa, produksi ASI-ku semakin menipis, sementara Darli semakin banyak konsumsinya, mungkin karena anak laki-laki, minumnya kuat, dan usianya juga sudah bertambah. Di sisi lain, Ramadhan berikutnya semakin dekat.

Aku mencoba beberapa merk susu formula, ternyata Darli selalu muntah dan tidak bisa minum susu formula. Setelah tanya sana-sini, kami coba dengan susu kacang kedelai untuk bayi. Dan alhamdulillaah tidak ada masalah. Sepertinya dia alergi susu sapi.

Dimana letak salahnya?

Seharusnya Ramadhan tahun lalu, aku bayar fidyah saja. Sehingga Darli tidak perlu dikorbankan karena tidak berhasil mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kalau kondisi memungkinkan, aku bayar hutang puasa juga. Tapi kalau tidak memungkinkan, ya sudah tidak apa-apa, toh sudah bayar fidyah.

Sekarang Darli sudah berusia 13 bulan. Kalau tidak salah, sejak usia 10 bulan, kami (aku dan suamiku) sudah mencoba susu sapi (sufor) untuk Darli, dan alhamdulillaah sudah tidak muntah lagi.

Wah, sebenernya masih baaaaanyaaaak yang pengen diceritain. Tapi aku harus kerja. Kapan-kapan sambung lagi deh yaa... Insya Allah. ^_^'

Selasa, 17 April 2012

Buat Aku Tersenyum

Ini lagu kesukaanku, ditujukan untuk kekasihku tercinta. ^_^'
 
Datanglah sayang dan biarkan ku berbaring
Di pelukanmu walau untuk sejenak
Usaplah dahiku dan kan kukatakan semua

Reff 1:
Bila ku lelah tetaplah di sini
Jangan tinggalkan  aku sendiri
Bila ku marah biarkan ku bersandar
Jangan kau pergi untuk menghindar

Rasakan resahku dan buat aku tersenyum
Dengan canda tawamu walau untuk sekejap
Karna hanya engkaulah yang sanggup redakan aku

Reff 2:
Karna engkaulah satu-satunya untukku
Dan pastikan kita kan selalu bersama
Karna dirimulah yang sanggup mengerti aku
Dalam susah ataupun senang

Dapatkah engkau selalu menjagaku
Dan mampukah engkau mempertahankan aku

Repeat Reff 1

Lagu ini milik Sheila on7

Senin, 16 April 2012

Siapa Kita?


Ketika angan menjadi tujuan, sadarkah kita bahwa itu adalah berhala?
Ketika obsesi mengabaikan kekuatan-Nya, sementara semua bisa terjadi hanya atas izin dan kuasa-Nya, pernahkah kita merasa kesombongan telah masuk dalam hati kita?
Lupakah kita dari apa kita diciptakan?
Lupakah kita bahwa Allah telah memuliakan kita dari bahan-bahan dasar kita yang kotor dan menjijikkan?
Lalu, kenapa lantas kita merasa paling mulia, sementara kemuliaan hanya dari Allah?
Siapa kita?
Tak secuil pun kesombongan yang pantas kita kenakan
Karena itu adalah jubah Allah
Sungguh berani benar kita selama ini
Astaghfirullaah, astaghfirullaah, astaghfirullaah…
Semoga kita masih punya kesempatan untuk perbaiki semua itu
Tanggalkan semua keangkuhan dan sombong diri
Mohonlah pada-Nya untuk menghancurkan semua berhala di hati sampai habis tak bersisa
Hingga yang ada….
Hanya asma-Nya Yang Maha Tinggi
Siapkah kita untuk tertatih meniti cinta-Nya yang terindah?

>Sahaya Fakiroh Ilallah<

Titik Terang


Bila masih ada hari esok, berarti masih ada harapan
Bila hari ini gagal, esok harus berhasil
Bila hari ini hilang, esok pasti kutemukan
Bila cinta pergi, kasih sayang tak boleh mati
Bila kali ini perih, lain kali akan berbunga

Inilah hidup
Penuh semangat dan harapan
Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi
Sejarah tak 'kan berubah
Dia akan abadi sampai kapanpun

Inilah kenyataan, tak mungkin dipungkiri
Satu cinta telah patah, cinta lain sudah menanti
Dalam hidup, tak pernah ada kata putus asa
Tak boleh ada jalan pintas
Semuanya….
Telah ada yang mengatur
Baik-buruknya, itulah kebenaran
Asalkan masih ada harapan dan cinta
Sepahit apapun kenyataan hidup
Akan selalu terasa manis

>Sahaya Fakiroh Ilallah<

Kenapa 'bangga' menjadi orang miskin?

Bismillaah…

Semoga apa yang kutulis berikut ini dapat memberi pencerahan atau apalah bagi siapapun yang mau sejenak membacanya.

Maaf,  tanpa bermaksud untuk berghibah, gossip, dan teman-temannya, walau sebenernya memang sudah termasuk kategori itu, aku hanya ingin memaparkan fakta yang sebenarnya. Yang pernah kulihat, pernah kudengar sendiri dari teman yang sama-sama mengalami ‘kejengkelan’ itu, dan yang pernah kualami sendiri.

Ini tentang orang miskin. Maaf, aku tidak memperhalus bahasanya dengan ‘dhuafa’ karena beberapa orang miskin yang pernah kutemui, ternyata bukan miskin karena mereka tidak mampu berusaha atau apalah, mereka miskin karena perbuatan mereka sendiri yang senang memiskinkan diri. Okelah, pengemis tidak termasuk kategori ini, mereka sudah jelas PEMALAS, berbisnis dengan mempermainkan rasa kasihan orang lain. Dan kalo urusan pengemis, mungkin kita sudah sama-sama setuju, mereka menyebalkan.

Orang miskin yang kubahas di sini adalah orang miskin yang gaya hidupnya seperti orang kaya. Sok kaya gitu deh. Lebih mengedepankan gengsi pribadi, kesenangan, tidak mau prihatin, dan kesimpulan dari semua itu adalah EGOIS. Kenapa kubilang begitu? Karena mereka memilih rasa daripada manfaat atau mudharat.
Kalau aku tulis dengan gaya bahasa di atas mungkin masih ada yang bingung ya. Sebenernya mau cerita apa sih?

Sekarang begini aja, aku pernah dengar dari salah seorang teman yang berprofesi sebagai dokter umum. Pada suatu hari dia bertemu dengan pasien yang ngakunya miskin sampai minta digratiskan biaya berobatnya. Tahukah anda apa penyakitnya? Penyakitnya sih cuma batuk-batuk. Tapi batuk-batuk yang berdarah? Sampe muntah darah gitu. Penyebabnya sepele, gemar merokok. Dan ketika temanku menyarankan untuk berhenti merokok, orang itu cuma cengengesan menyebalkan. Nah, inilah yang kusebut “mereka lebih memilih rasa daripada manfaat atau mudharat”. Lebih suka "bakar uang" daripada jaga kesehatan.

Sebenernya banyaaaak sekali cerita yang seperti itu. Sehingga jangan heran kalau angka kemiskinan di Negara kita tercinta ini semakin hari semakin tinggi. Ya karena dibuat-buat sendiri. Miskinnya sih beneran miskin, tapi penyebabnya itu loh, yang seharusnya mereka tidak perlu mendapat gelar miskin. pada egois banget sih.

Hhhh… jadi pengen cerita yang lain. Kalau yang tadi soal kebiasaan merokok, yang akhirnya memiskinkan dia. Sekarang tentang BLT. Ini cerita dari temenku yang lain ketika aku memasang status di ym-ku: “Kenapa sih banyak banget orang yang seneng ngaku miskin? Kalo miskin beneran baru tau rasa looh.”

Temenku langsung menyukai statusku dan bercerita banyak. Katanya, jumlah orang miskin di Indonesia makin meningkat, tapi yang kredit motor tiap tahun juga bertambah. Pas ada BLT, rame-rame ngaku orang miskin. Ngambil uang BLT-nya pake motor baru. Setelah uang BLT-nya turun, buat bayar DP motor. Iiiiih, penting ya? Kredit motor baru dari uang BLT? Kasian pemerintah, ngeluarin uang banyak-banyak tapi ga tepat sasaran dan ga tepat penggunaan. Masya Allah….

Jadi inget cerita di sebuah surat kabar. Aku lupa tulisan siapa. Dan aku yakin beliau tidak mengada-ada, karena yang seperti beliau ceritakan memang ada, banyak mungkin.

Ceritanya tentang pemuda miskin dari keluarga miskin. Orang tuanya sangat berharap si pemuda mendapatkan pekerjaan demi memenuhi kebutuhan untuk makan mereka setiap hari. Yaaa, minimal beli berasnya ajalah. Lauk pauk mah seadanya aja. Karena kita orang Indonesia, kalo belum makan nasi, ya berarti belum makan.

Nah, alhamdulillaah, si pemuda akhirnya mendapat pekerjaan sebagai Office Boy di sebuah perusahaan kecil. Rajin sekali dia bekerja dengan harapan segera bertemu dengan waktunya GAJIAN. Dan waktu yang dinanti-nantikan pun tiba, dia mendapatkan gaji pertamanya dari hasil keringatnya sendiri. Halal, insya Allah.

Keluarga di rumah pun menanti-nanti dengan sabar hati. Berharap si pemuda pulang dengan membawa sekarung beras untuk makan sebulan ke depan sampai ketemu gajian lagi.
Ternyata apa yang dilakukan si pemuda dengan gaji pertamanya?

DIA BELI HANDPHONE sodara-sodara. Masya Allah…

Penting ya? Punya handphone. Lebih penting mana sama makan?
Mulia ya? Nenteng-nenteng handphone setiap hari. Lebih mulia mana dengan membahagiakan hati kedua orang tuanya?
Orang tua yang merawat dan membesarkannya dari kecil. Rela tidak makan demi tercukupinya kebutuhan makan anak-anaknya. Rela membanting tulang, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Demi terhentinya tangisan anaknya yang kelaparan. Yang hanya menatap lirih ketika anak-anaknya asyik menyantap makanan, sementara orang tua hanya menyaksikan. Syukur-syukur kalau ada makanan tersisa yang bisa dimakan. Kalau tidak?

Wahai Allah… mental apa yang Kau ciptakan di hati masyarakat kami? Apa yang salah dengan mental kami?
Astaghfirullaah….

Semoga Allah Swt mengampuniku yang telah membuat tulisan ini. Yaaah, barangkali aja ada yang ‘tertampar’ dan merasakan sakit yang luar biasa dari tulisan ini. Dan untuk rasa sakit itu, aku mohon maaf. Aamiiin…

Kamis, 12 April 2012

Untuk semua saudaraku yang mau sejenak membaca tulisan ringanku… ^_^

Kawan, dunia tidak akan kiamat hanya karena cinta kita tak sampai. Mentari takkan berhenti berputar hanya karena yang kita inginkan tidak sesuai dengan yang kita butuhkan. Kita hanya makhluk yang tidak tahu apa-apa, bahkan tentang diri kita sendiri. Inilah kita, sejatinya, bodoh tapi sok tahu.

Pegang satu pedoman, "dibalik kesulitan, pasti ada kemudahan." Itu akan membuat kita yakin bahwa selamanya kita tidak akan pernah sengsara. Kalaupun ada kesengsaraan yang kita alami, itu sebenarnya hanya kejahilan diri kita sendiri, yang tidak tahu, bahwa dibalik kesengsaraan, pasti ada hikmah yang Luar Biasa. Hingga diri ini semakin tegar, semakin kuat, dan terlatih. Kesengsaraan yang kita "merasa" sengsara sebenarnya hanya dari diri kita sendiri yang terkadang berlebihan dalam menyikapi ujian yang datang. Padahal, kalau kita berani mencoba "memandang akhir", maka kesengsaraan itu akan berubah menjadi hal menegangkan yang memicu "jiwa petualang" kita, untuk mengejar akhir yang kita impikan.

Pernahkah kita melihat seorang bayi mungil yang "stress" hanya karena sering terjatuh ketika belajar melangkah? Pernahkah kita melihat seorang bayi yang "putus asa" sampai ingin "bunuh diri" hanya karena terjatuh dan terjatuh dan terjatuh dan terjatuh dan terjatuh..... lagi?

Tidak, kawan. Bayi selalu punya senyum dan semangat untuk bangkit dan bangkit lagi, sampai dia mampu menjejakkan kakinya di bumi. Selangkah, dua langkah, tiga, empat, lima, seratus, dua ratus, dan ribuan langkah dalam jarak tempuh ribuan kilometer.

Pernahkah kita ingat, bahwa salah satu dari bayi-bayi itu, adalah kita?

Wow… hebat, kan, kita? Mampu bangkit dan bangkit dan bangkit dan bangkit untuk bisa berdiri di kaki sendiri dan menikmati dunia satu paket dengan keindahannya.

Lalu, kenapa kita lantas jadi mudah terpuruk hanya karena masalah-masalah sepele?

Kawan, tidak ada masalah yang besar sebenarnya, tapi kita sendirilah yang terlalu mendramatisir masalah hingga terlihat sangat besar. Bahkan tidak jarang kita "merasa" menjadi manusia paling sengsara di dunia.

Hei….. Sudahlah…. Untuk apa keluh kesah itu? Untuk apa putus asa? Kita masih punya Allah Swt. Pemilik diri kita yang hakiki. Yang menciptakan kita dan memberi kita satu naskah "Garis Hidup" yang harus kita mainkan. Kita tinggal memainkan saja. Kenapa jadi repot-repot untuk ikut "mencampuri" pekerjaan-Nya.

Allah Swt sudah tahu apa yang kita butuhkan, tapi kita inginnya begini dan begitu. Apa namanya kalau bukan ingin "mencampuri" pekerjaannya? Sudahlah… jalani saja. Hadapi saja. Hayati saja. Dan Nikmati saja. Karena sesungguhnya, kita sangat beruntung seandainya kita "mampu" dan "mau" memandang diri kita dari sudut yang berbeda.

Kawan, satu kalimat indah yang pernah kulihat di sebuah dinding Pondok Pesantren dan Panti Asuhan Yatim Piatu yang sangat sederhana, di sebuah desa kecil, telah membuatku begitu bergetar dan ter-inspirasi untuk senantiasa menikmati jamuan apapun yang Allah Swt hidangkan.

Hidup Sekali Hiduplah yang Berarti.

Indah bukan?

[dhien]
26 Januari 2010 (23.00 WIB)


Pemuda sholeh dan kalajengking

Bismillah….

Temans… aku dapet cerita ini waktu ikut KaMus (Kajian Muslimah) di Masjid Raya Pondok Indah (tanggal berapa ya? Lupa). Yang ngasi materi adalah Bunda Ningrum. Tapi ga dapet detailnya banget, soale mondar-mandir Kajian-Stand. Soale awwalan (pertama kali) Tim MiSykat buka Stand di Bazaar PI pas Kajian Manajemen Qolbu. Kebetulan aq pencetusnya sekaligus 'dijebloskan' buat tanggung jawab sama ide cetusan sendiri. Kalo kata Andrea Hirata, ini pelajaran moral nomor .....: kalo ga mau diberi tanggung jawab, jangan mencetuskan ide apapun. :-D

Mudah-mudahan ga salah detail ceritanya yaaa…. Dan yang paling penting adalah intisari dari ceritanya, bisa jadi ibroh (pelajaran) atau ngga.

Jadi gini ceritanya:

Alkisah, ada 2 orang sahabat karib. Keduanya adalah gembala kambing. Salah seorang dari mereka mengantuk, dan yang mengantuk ini adalah tokoh utama kita yang ada di judul di atas. Karena ngantuk berat (sampe-sampe yang nulis ulang ikutan 'nguap' berkali-kali nih... hehe), pemuda ini minta izin ke sahabatnya untuk tidur sejenak, sekaligus minta tolong nyariin rumput buat kambing-kambing gembalaannya, dan tak lupa kambingnya turut serta, duduk di muka (Lho??!!)

Pemuda sholeh itu pun tidur di sebuah gubuk kecil, berisi jerami. Dia tidur di atas jerami itu. Langsung pules dengan TUNAI. Dan sahabatnya itu, bergegas pergi mengembalakan kambing-kambingnya, sampai tiba di pinggir sungai. Pemuda ini membiarkan kambing-kambingnya makan dengan lahap, sementara dia melihat seekor katak menyebrangi sungai dari arah di depannya. Ktak itu membonceng seekor kalajengking di punggungnya (habis baca artikel Hari Pahlawan, jadi terinspirasi dengan kata 'membonceng' nih).

Sesampainya katak dan kalajengking itu di seberang, yang artinya tidak jauh dari tempat pemuda itu mengamati, kalajengking itu turun dan berjalan menuju suatu tempat. Si pemuda ini penasaran, "mau kemana kalajengking ini?" gumamnya. Dia ikuti terus tuh kalajengking, kambingnya ga dipikirin, sampe ke gubuk tempat si pemuda sholeh tadi tertidur.

Kalajengking itu masuk ke dalam jerami, di bawah pemuda sholeh tadi tidur, sejurus kemudian keluar lagi. Diikuti lagi oleh si pemuda tadi, saking penasarannya, "mau kemana lagi nih?"

Kalo tadi ga mikirin kambing, sekarang ga mikirin sahabatnya. Pergi begitu aja, ngikutin tu kalajengking sampai ke pinggir sungai lagi. Katak yang tadi masih di situ. Kembali membonceng kalajengking itu, kemudian menyebrangi sungai lagi.

Setelah katak dan kalajengking itu tidak terlihat. Si pemuda baru sadar. Ngapain kalajengking masuk ke dalam jerami tadi? Jangan-jangan menyengat sahabatnya? Si pemuda ini segera mengambil langkah 1.000 menuju gubuk tadi. Nasib kambing-kambing emang, tetep ga kepikiran tuh sama si pemuda. Hehe...

Sesampainya di gubuk itu, sahabatnya masih tertidur pulas. "Jangan-jangan…." dia mulai berpikir macam-macam. Sampai dia sadar bahwa darah segar mulai terlihat (merembes gitu deh) dari dalam jerami. Makin was-waslah si pemuda ini.

Eh, pemuda sholeh ini membalikkan badannya, tidur yang tadinya telentang, jadi miring gitu. Dan ternyata, di bawah jerami yang ditiduri pemuda sholeh ini, tersembul sosok yang tak asing, yaitu ular, dengan kondisi tersengat di kepalanya, sengatan ini tidak lain dan tidak bukan adalah sengatan kalajengking tadi.

Subhaanallaah…. Perlindungan Allah Swt bagi orang-orang sholeh yang senantiasa dekat dengan-Nya. Ketika sahabatnya sendiri tidak sadar bahaya yang akan menimpa pemuda sholeh ini, Allah Swt mengirim seekor katak yang membonceng seekor kalajengking untuk menyelamatkan pemuda sholeh ini dari bisa ular.

Dan begitulah cara Allah Swt bekerja. Di luar dugaan, tapi jelas yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang sholeh. Yang keseringan, bukan terkadang lagi, kita anggap remeh dan buruk buat kita, ternyata justru yang terbaik. Qta sadarnya nanti, kalo kebaikan dari keputusan Allah Swt saat ini sudah tampak.

Intinya, tau apa kita tentang apa yang terbaik buat kita? Ga ada setetes pun ilmu yang kita miliki dari samudra ilmu Allah Swt yang Maha Luas. Kita cuma dikasih ilmu sedikit, lagaknyaaaa udah selangit.

Serahkan semua ke Allah Swt. Ikhtiar kita bukanlah dengan memilih yang terbaik menurut kita, tapi lewat do`a-do`a mohon petunjuk. Kemudahan urusan adalah jawaban bahwa itu yang terbaik, walau kadang bukan pilihan kita. Dan kesulitan urusan itu bukan jawaban yang terbaik dari Allah Swt yang keseringan malah kita sukai. Makanya jangan heran kalo banyak orang jadi stress karena maksain pilihannya sendiri, yang ga direstui Allah Swt.

Wallohu a`lam….

31 Oktober 2009

Ditengah Penat

Kepada jiwa yang letih
Maafkan aku, tapi inilah dakwah

Kepada raga yang rapuh
Maaf, sungguh tiada maksudku menyakitimu

Kepada semangat yang mulai redup
Jangan berhenti
Jangan berhenti
Jangan berhenti

Tapi aku sungguh-sungguh

LELAH

9 Desember 2009