Ini tulisan temen. Aku suka banget sama tulisan ini, karena mirip banget sama suamiku. Ga romantis. Hehe...
Zaman masih belum menikah dulu, jika ditanya
ingin punya suami seperti apa, maka yang terbayang di angan-angan adalah ingin
punya suami yang romantis seperti di flm-flm. Yang suka memberi bunga di
hari-hari tertentu, yang suka memberi kado kecil kejutan, yang suka berlaku
mesra di depan umum, yang memanggil aku ‘‘sayang’’ atau ‘‘dinda’’ , yang setiap
pagi memberikan kecupan manis di kening, yang suka mengajak jalan-jalan di
bawah rembulan, makan malam diterangi cahaya temaram lilin. Oh.. indahnya..
Tapi
ternyata..Suamiku tdak suka memberi bunga. ‘‘Boros dan nggak ada gunanya’’,
katanya. Suamiku tdak suka memberi kejutan, malah sering lupa pada hari-hari
“pentng” kami. Suamiku lebih suka jalan di depan jika kami belanja. Suamiku
lebih suka memanggil aku ‘‘yang’’ daripada “sayang”. Suamiku paling tdak suka
keluar rumah di hari Sabtu. ‘‘Rame! Macet! Males!’’, katanya. Jika mengantar
kerja ia hanya menurunkanku di depan gerbang kantor “Biar cepet”, alasannya.
Hampir setap malam ia selalu tdur duluan.
Tapi
suamiku yang nggak romantis ini mau bantuin aku sekedar buang sampah atau
menggosok bajunya sendiri sewaktu dia melihat aku sedang sibuk mengerjakan
pekerjaan kantor. Tanpa bicara apa-apa, suamiku langsung mengambil sapu untuk
membersihkan rumah ketka ia lihat rumah kami kotor kemudian mengepelnya. Setap
pagi ia yang memandikan anak kami karena ia tahu aku sedang menyiapkan makanan.
Hampir setap hari ia merelakan gajinya dipotong karena terlambat masuk kantor
karena menungguku siap. Ketika kusuruh berangkat duluan, ia hanya menjawab “Aku
nggak tega”. Biarpun ia hanya mengantarkan sampai gerbang kantor, ia tidak
mengeluh jika ia harus menunggu lama saat menjemputku. Jika aku sedang sakit,
ia tidak bosan-bosannya menyuruhku untuk minum obat, padahal aku sudah sering
pula menolaknya karena tdak suka. Tak pernah ia sekalipun berkata “Kok nggak
ada makanan hari ini?” atau “Kamu nggak masak ya?”. Dan tidak jarang ia memasak
sekedar nasi goreng tanpa kecap untuk berdua. Jika tidak ada bahan, maka ialah
yang pergi ke warung untuk membeli mie instan untuk kemudian dimasaknya. Suami
yang nggak romantis ini pula yang tidak membiarkan aku jalan di bagian jalan
yang lebih dekat dengan kendaraan, dia selalu menggandeng tanganku walaupun
setelah itu dia kembali berjalan sendiri di depan. Suami yang nggak suka acara
weekend ini mau belanja buat aku sepulang dari kantornya. Entah itu cuma 2
kotak minuman kacang ijo, gorengan atau martabak. Jika ditanya dalam rangka apa, ia menjawab
“Lagi ada rezeki berlebih”. Suamiku nggak suka ngasih kejutan atau kado, tapi
dia selalu tau kalau hatku sedang resah atau galau. Walaupun ia tidur lebih
dulu, dia yang setiap pagi membangunkanku dengan sentuhan lembut untuk sholat
subuh. Jadi, jika ditanya, ‘‘Suamimu romantis nggak?’’ Aku jawab dengan sebuah
senyuman. Romantis menjadi tidak pentng lagi jika perhatian dan pengertiannya
ditumpahkan ke tempat yang tepat. Memang bukan tipe pemimpin yang kuinginkan,
tapi tipe pemimpin yang kubutuhkan. Maka dengan bangga aku bersorak dalam hati
“Suamiku nggak romantis!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar