Rabu, 18 April 2012

Belajar dari kesalahan? Yuk mariiii.... ^_^'

Bismillaahirrohmaanirrohiim....

Jam 10-an di kantor. Perasaan tadi pagi udah sarapan, qo jam segini udah laper lagi ya? Sindrom bawa bekal nih kayaknya, bawaannya laper mulu. Hehe....

Sampe kantor, tiba-tiba pengen bikin status begini di ym:

"Kadang kita perlu melakukan beberapa kesalahan untuk kemudian belajar tentang arti kebenaran. Karena nasehat, tidak selamanya ampuh. Go Go Go Semangat...!!! ;)"

Jadi pengen cerita banyak yang berhubungan dengan status itu. Karena manusia memang tidak pernah luput dari salah, dan dari salah itulah, kita belajar membedakan, mana yang salah dan mana yang benar.

Kalo inget si kecil Darli, aku jadi sedih. Dan kalo nanti diberi amanah lagi sama Allah Swt buat jadi adik-adiknya Darli, insya Allah kesalahan yang kulakukan pada Darli, tidak akan terulang pada adik-adiknya. Aamiiin....

Hari ini, Darli tepat berusia 13 bulan. Sebulan yang lalu dia milad. Jadi kebayang setahun yang lalu. Tepatnya pada malam Jum'at (katanya jatuh pada) Kliwon. Ketubanku pecah sekitar pukul 11 malam. Aku panik luar biasa, karena tidak tau harus berbuat apa, yang kutau kalau ketuban sudah pecah, bayi harus segera dilahirkan agar tidak kekeringan dan bayi akan sulit dilahirkan secara normal.

Alhamdulillaah, aku punya adik ipar yang sudah punya 2 putri, dia memberitahuku untuk menyiapkan keperluan persalinan sebulan sebelum hari-H. Masukkan dalam 1 tas, agar ketika tiba-tiba mules tinggal bawa, ga perlu nyiapin ini-itu lagi.

Alhasil, malam itu, kami (aku, suamiku, dan si kecil yang udah pengen liat ibu-bapaknya) langsung bergegas menuju klinik bidan yang terletak di Ciracas. Nekat? Ya. Tapi saat itu, kami tidak berpikir bahwa itu adalah tindakan nekat. Karena dari awal kami sudah sreg kontrol kandungan di klinik bidan itu, walau kami kontrol di bidan lain juga yang dekat dengan rumah kami. Tapi keputusan terakhir, kami akan ke klinik bidan itu untuk melahirkan bayi yang ada di rahimku.

Pamulang-Ciracas dapat ditempuh motor selama kurang lebih 1 jam dengan kecepatan 60 km/jam. Dan selama perjalanan ke sana, kami terus-menerus berdo'a agar tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillaah jalanan lancar sekali malam itu.

Singkat cerita (karena saat ini, aku bukan ingin menceritakan proses persalinanku), Darli lahir selamat pada Jum'at pagi menjelang siang, yakni pukul 10.35.

Hari pertama, Darli sering menangis. Karena khawatir dia lapar, aku mencoba menyusuinya, tapi belum bisa. Kata orang, anak pertama memang begitu. Akhirnya ketika adik iparku datang, kami (aku dan suamiku) meminta tolong dia (yang anak keduanya baru berusia 7 bulan saat itu) untuk menyusui Darli.
Karena adik iparku tidak standby di klinik, aku berusaha menyusuinya lagi, tapi masih belum bisa. Akhirnya diberi susu formula oleh pegawai klinik.

Kami tidak langsung pulang ke rumah, karena kondisiku masih belum memungkinkan dan Darli masih terlalu kecil untuk perjalanan yang lumayan jauh. Akhirnya kami menginap sementara di rumah mertuaku. Keluarga kecil adik iparku juga tinggal di sana, untuk menemani ibu mertua, karena bapak mertua sudah meninggal pada tahun 2008 lalu.

Aku selalu berusaha menyusui Darli, dan selalu gagal. Dan setiap aku gagal, Darli harus meminum susu formula atau aku harus memompa ASI terlebih dahulu. Kalau adik iparku sudah pulang kerja, Darli disusui adik iparku.

Ini kesalahan PERTAMA. Setelah aku baca-baca artikel, ternyata bayi tidak perlu langsung disusui, kecuali IMD, ketika baru saja dilahirkan. Bayi yang baru lahir, masih punya cadangan makanan untuk 3 hari. Jadi, sebenarnya aku bisa memberikan ASI Eksklusif kalau aku mengetahui hal itu, dan Darli tidak perlu mencicipi susu formula.

Kemudian, masalah aku belum bisa menyusui, itu karena bayi belum terbiasa dengan (maaf) puting susu yang baru. Anak kedua adik iparku sudah berusia 7 bulan saat itu, jadi sudah terbiasa menyusui. Sehingga seharusnya aku tidak perlu meminta tolong dia untuk menyusui Darli. Karena akibatnya, Darli jadi tidak mau berusaha sendiri karena sudah pernah menyusu dengan mudah. Ini kesalahan yang KEDUA.

Kesalahan yang KETIGA adalah ketika Darli sudah terbiasa menyusu denganku dan aku berhadapan dengan bulan Ramadhan yang akan tiba sebentar lagi. Saat itu Darli baru berusia 4 bulanan. Aku teringat hutang puasaku yang sangat banyak di Ramadhan lalu, karena aku ngidamnya cukup parah. Sehingga hanya mampu berpuasa selama 7 hari. 

Ramadhan berikutnya sudah dekat, hutang puasaku masih banyak. Konsumsi ASI Darli makin bertambah. Ohya, aku sudah selesai cuti waktu itu, dan kalau kerja, ASI harus dipompa dan disimpan di lemari es. Sementara, sejak aku sudah bekerja lagi, Darli minum ASI dengan menggunakan dot. Dan semakin hari, dia semakin tidak mau menyusu langsung. Karena menyusu dengan menggunakan dot lebih mudah.

Akhirnya kuputuskan untuk mencampur dengan susu formula. Karena ketika puasa, produksi ASI-ku semakin menipis, sementara Darli semakin banyak konsumsinya, mungkin karena anak laki-laki, minumnya kuat, dan usianya juga sudah bertambah. Di sisi lain, Ramadhan berikutnya semakin dekat.

Aku mencoba beberapa merk susu formula, ternyata Darli selalu muntah dan tidak bisa minum susu formula. Setelah tanya sana-sini, kami coba dengan susu kacang kedelai untuk bayi. Dan alhamdulillaah tidak ada masalah. Sepertinya dia alergi susu sapi.

Dimana letak salahnya?

Seharusnya Ramadhan tahun lalu, aku bayar fidyah saja. Sehingga Darli tidak perlu dikorbankan karena tidak berhasil mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kalau kondisi memungkinkan, aku bayar hutang puasa juga. Tapi kalau tidak memungkinkan, ya sudah tidak apa-apa, toh sudah bayar fidyah.

Sekarang Darli sudah berusia 13 bulan. Kalau tidak salah, sejak usia 10 bulan, kami (aku dan suamiku) sudah mencoba susu sapi (sufor) untuk Darli, dan alhamdulillaah sudah tidak muntah lagi.

Wah, sebenernya masih baaaaanyaaaak yang pengen diceritain. Tapi aku harus kerja. Kapan-kapan sambung lagi deh yaa... Insya Allah. ^_^'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar